Rabu, 25 September 2019
Sabtu, 21 September 2019
Kamis, 19 September 2019
Sabtu, 14 September 2019
Rabu, 04 September 2019
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 1)
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran :
Bahasa Jawa
Kelas/Semester : VIII/Semester Ganjil
Materi Pokok :
Teks cerita pendek
Alokasi Waktu : 2 pertemuan (4 X 40 menit)
A. Kompetensi Inti
1.
Menghargai dan menghayati ajaran agama
yang dianutnya
2.
Menghargai dan menghayati perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3.
Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam
ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
B.
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian
Kompetensi
|
1
|
1.1 Menghargai dan mensyukuri keberadaan
bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatan pengetahuan dan
keterampilan berbahasa daerah, serta
untuk melestarikan dan mengembangkan budaya daerah untuk didayagunakan sebagai
upaya pembinaan dan pengembangan
kebudayaan Nasional.
|
1.1.1
Berdoa sebelum memulai dan mengakhiri belajar
1.1.2
Menyapa dengan bahasa daerah
|
|
1.3 Menghargai dan mensyukuri keberadaan
bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan
informasi lisan dan tulis.
|
1.3.1
Mensyukuri keberadaan bahasa daerah.
1.3.2 Bercakap-cakap
dengan bahasa daerah sebagai rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa.
|
2
|
2.1
Memiliki perilaku jujur dalam menceritakan sudut pandang moral yang eksplisit
|
2.1.1 Membiasakan
perilaku jujur dalam berbicara
|
|
2.2. Memiliki perilaku
demokratis, kreatif, dan santun dalam berdebat tentang kasus atau sudut
pandang.
|
2.2.1
Memiliki perilaku kreatif dalam berbahasa daerah
2.2.2 Memiliki perilaku demokratis.
2.2.3 Membiasakan perilaku santun dalam berbahasa
|
3
|
3.1 Mengidentifikasi, memahami dan
menganalisis struktur teks, unsur
kebahasaan, dan pesan moral cerita fiksi (
cerkak ) secara lisan dan tulis Mengapresiasi teks fiksi ( cerkak ) sesuai konteks secara lisan dan tulis.
|
3. 1.1 Mengidentifikasi struktur teks
cerita pendek.
3.1.2 Menganalisis struktur teks cerita pendek.
3.1.3 Menganalisis unsur kebahasaan cerita pendek
3.1.4
Menyimpulkan pesan moral cerita pendek
|
4
|
4.1 Mengapresiasi cerita fiksi (cerkak ) secara lisan dan tulis.
|
4.1.1
Membaca indah cerita pendek.
4.1.2 Merangkum isi cerita pendek
4.1.3
Menceritakan relevansi isi cerita pendek dengan kehidupan sehari-hari
|
C.
Tujuan Pembelajaran (ABCD)
Sikap
Sikap Spiritual
1.
Dengan terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran (C) , peserta didik (A)
dapat berdoa (B) sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dengan baik (D).
2.
Dengan terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran teks cerita cekak “ Topeng ” peserta didik dapat menggunakan bahasa Jawa
sebagai sarana memahami informasi tulis dengan tepat.
3.
Dengan terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran teks cerita cekak “ Topeng ” , peserta didik dapat menggunakan bahasa Jawa
sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis sesuai dengan tata krama/santun.
Sikap
Sosial
1.
Selama dalam proses pembelajaran struktur teks
cerita cekak “Topeng”, peserta didik dapat membiasakan berperilaku jujur dalam berbicara.
2.
Selama dalam proses pembelajaran struktur teks
cerita cekak “ Topeng”, peserta didik dapat berperilaku kreatif dalam berbahasa Jawa
3.
Selama dalam proses pembelajaran struktur teks
cerita cekak “ Topeng”, peserta didik dapat berperilaku tanggung jawab dalam berbahasa
Jawa.
4.
Selama dalam proses pembelajaran struktur teks
cerita cekak “ Topeng”,
peserta didik dapat berperilaku santun
dalam berbahasa Jawa.
Pengetahuan
1.
Melalui kegiatan mendengarkan pembacaan
cerita cekak “ Topeng ” peserta didik dapat menganalisis
struktur teks cerita cekak.
2.
Melalui kegiatan mendengarkan pembacaan
cerita cekak “ Topeng ” peserta didik dapat menganalisis unsur
kebahasaan teks cerita cekak.
3.
Melalui kegiatan mendengarkan pembacaan
cerita cekak “ Topeng ” peserta didik dapat menyimpulkan pesan
moral teks cerita cekak.
Keterampilan
1.
Setelah belajar tentang
isi teks, peserta didik dapat membaca
cerita cekak ” Topeng ” dengan lafal
dan intonasi yang tepat.
2.
Setelah belajar tentang
isi teks, peserta didik dapat merangkum isi cerita cekak “ Topeng ” dengan baik.
3.
Setelah belajar tentang
isi teks cerita cekak “ Topeng ”
peserta didik dapat menceritakan relevansi isi cerita cekak dengan kehidupan sehari-hari.
D. Materi
Pelajaran*
Pertemuan
I
1)
Teks cerita cekak “ Topeng ”.
2)
Unsur instrinsik
cerita cekak.
Pertemuan II
3)
Unsur kebahasaan
teks cerita cekak.
4)
Pesan moral dalam teks cerita cekak.
5)
Sinopsis
teks cerita cekak.
6)
Relevansi isi cerita cekak dengan kehidupan
sehari-hari
* Materi terlampir
E. Metode
Pembelajaran
1.
Pendekatan : Saintifik/ Kontekstual
2.
Model :
Pembelajaran Berbasis Teks (Genre-based
Aproach)
Model pembelajaran kooperatif
3.
Metode : Jigsaw, tanya jawab, diskusi
4.
Teknik : Explicit
Instruction.
F. KKM : 2,66
G.
Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran
Pertemuan
1
Kegiatan
|
Deskripsi Kegiatan
|
Pengorganisasian
|
|
Peserta didik
|
Alokasi waktu
|
||
Pendahuluan
|
·
Guru memberi
salam
·
Siswa
melakukan doa
·
Guru
menyiapkan kondisi dan motivasi siswa dalam belajar.
·
Guru
melakukan apersepsi melalui kegiatan
bertanya jawab tentang karya sastra fiksi.
·
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran meliputi aspek sikap (sikap spirutual dan sikap sosial), pengetahuan,
dan keterampilan.
|
|
10 menit
|
Kegiatan inti
|
Peserta didik bersama
guru melakukan pembelajaran berbasis saintifik dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Mengamati:
Ø
Peserta didik mendengarkan pembacaan teks cerita cekak “ Topeng ”
Menanya:
Ø
Peserta didik bertanya jawab tentang
unsur intrinsik cerita cekak: tema, alur, penokohan, latar, dan pesan
pengarang(amanat).
Mengumpulkan informasi:
Ø
Peserta didik mencari bukti watak baik
tokoh utama dalam teks cerita
cekak.
Ø
Peserta didik mengidentifikasi peristiwa yang membentuk plot dalam teks
cerita cekak.
Mengasosiasi:
Ø
Peserta didik membandingkan watak tokoh utama dengan tokoh yang lain dalam cerita cekak.
Mengomunikasikan:
Ø
Peserta didik menyampaikan hasil diskusi tentang
watak tokoh utama, urutan peristiwa
beserta pembuktiannya dengan bahasa Jawa yang benar dan santun.
|
|
60 menit
|
Penutup
|
·
Guru bersama
peserta didik melakukan refleksi hasi pembelajaran
·
Guru memberi
tugas sebagai perbaikan dan pengayaan
·
Guru menutup
pelajaran
·
Guru
menginformasikan untuk KD pertemuan berikutnya
|
|
10 menit
|
Pertemuan 2
Kegiatan
|
Deskripsi Kegiatan
|
Pengorganisasian
|
|
Peserta didik
|
Alokasi waktu
|
||
Pendahuluan
|
·
Guru memberi
salam
·
Siswa
melakukan doa
·
Guru
menyiapkan kondisi dan motivasi siswa dalam belajar.
·
Guru
melakukan apersepsi dengan
mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
·
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran meliputi aspek sikap (sikap spirutual dan sikap sosial), pengetahuan,
dan keterampilan.
|
|
10 menit
|
Kegiatan inti
|
Peserta didik bersama guru
melakukan pembelajaran berbasis saintifik dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Mengamati:
Ø Peserta didik menandai/mencatat hal-hal penting
yang terkait dengan teks cerita cekak “ Topeng ”
Menanya:
Ø Peserta didik bertanya jawab tentang penggunaan
unggah-ungguh dalam cerita cekak “ Topeng ”.
Ø Peserta
didik bertanya jawab tentang pesan moral di dalam teks cerita cekak.
Mengumpulkan
informasi:
Ø
Peserta
didik berdiskusi tentang unsur kebahasaan
teks cerita cekak “ Topeng”.
Ø
Peserta didik mendiskusikan
isi teks cerita cekak “ Topeng ”
Ø
Peserta didik
mendiskusikan pesan moral dalam teks cerita
cekak “ Topeng”.
Ø
Peserta didik
berdiskusi tentang relevansi isi teks cerita cekak dengan kehidupan
sehari-hari.
Mengasosiasi:
Ø
Peserta
didik menyimpulkan isi teks cerita cekak.
Mengomunikasikan:
Ø
Peserta
didik membaca teks cerita cekak dengan
lafal dan intonasi yang tepat.
Ø
Peserta
didik menceritakan kembali isi cerita cekak,
|
|
60 menit
|
Penutup
|
·
Guru bersama
peserta didik melakukan refleksi hasi pembelajaran
·
Guru memberi
tugas sebagai perbaikan dan pengayaan
·
Guru menutup
pelajaran
·
Guru
menginformasikan untuk KD pertemuan berikutnya
|
|
10 menit
|
H. Sumber Belajar
1.
Istuningsih, Sri Ismini. 2014. Antologi Cerita Cekak Pralampita.
Tulungagung: Paramarta
2.
Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Umum Ejaan bahasa Jawa Huruf Latin
yang Disempurnakan. Yogyakarta: Balai Bahasa
3.
Mangunsuwito, S.A. 2002.Kamus Bahasa Jawa, Jawa-Indonesia. Bandung:
CV. Rama Widya.
4.
Sry Tjatur Wisnu. 1989. Unggah-ungguh
Basa Jawa. Yogyakarta:Elmatera Publishing.
5.
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia:J.B. Wolters.
I. Media Pembelajaran
1. Alat :
LCD/Laptop. CD Interaktif rekaman pembacaan cerita cekak.
2. Bahan :
Antologi Cerita Cekak Pralampita
Kalawarti
Jaya Baya, Panjebar Semangat.
A. Penilaian
1.
Sikap spiritual dan sosial
a. Teknik Penilaian : Pengamatan/
Observasi, Penilaian Diri, Penilaian
Antar Peserta Didik, dan Jurnal
b. Bentuk Instrumen : Lembar
Observasi, Lembar Angket, Catatan Guru
c. Kisi – kisi :
LEMBAR PENGAMATAN DIRI
No.
|
Sikap/Nilai
|
Indikator
|
Rubrik
Penilaian
|
Butir
Pertanyaan
|
1
|
1.1 Menghargai dan
mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa daerah, serta untuk melestarikan dan mengembangkan
budaya daerah untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan
pengembangan kebudayaan Nasional
|
1.1.1
Berdoa
sebelum memulai dan
sesudah kegiatan belajar bahasa daerah.
1.1.2
Menyapa
dengan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi
menggunakan unggah-ungguh basa yang
baik.
|
|
|
|
1.2 Menghargai dan
mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa
sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis.
|
1.2.1 Mensyukuri keberadaan Bahasa Jawa.
1.2.2
Bercakap-cakap dengan bahasa Jawa sebagai rasa syukur pada Tuhan Yang Maha
Esa.
|
|
|
2
|
2.1 Memiliki perilaku jujur
dalam menceritakan sudut pandang moral yang eksplisit.
2.2 Memiliki perilaku demokratis, kreatif, dan santun dalam
berdebat tentang kasus atau sudut pandang.
|
2.1.1
Membiasakan perilaku jujur dalam berbicara.
2.2.1
Memiliki perilaku kreatif dalam berbahasa Jawa.
2.2.2 Memiliki perilaku tanggung jawab.
2.2.3 Membiasakan perilaku santun dalam berbahasa
Jawa
|
|
|
2. Pengetahuan
a.
Tehnik Penilaian : Tes tulis/tes lisan, penugasan (produk)
b.
Bentuk Isntrumen : Tes Objektif, Tes Uraian Non Objektif/ Uraian Objektif
c.
Kisi – kisi :
LEMBAR
PENILAIAN PENGETAHUAN
No
|
Indikator
|
Rubrik Penilaian
|
Butir Instrumen
|
1
|
Menemukan
watak tokoh utama dalam cerita cekak “Topeng”.
|
|
Sapa paraga utama ing cerkak, lan kepriye watake ?
|
2
|
Menemukan
urutan peristiwa dalam teks cerkak “Topeng” dengan benar
|
|
Kepriye urutan prastawa ing cerkak “Topeng”?
|
3
|
menyimpulkan tema
teks
cerita cekak “Topeng”.
|
|
Apa tema
cerkak “Topeng”?
|
4
|
Menjelaskan
pesan moral
teks cerita cekak “Topeng” dengan benar.
|
|
Apa piwulang
budi pekerti sing bisa kapethik saka crita cekak “Topeng”?
|
5
|
Menjelaskan
relevansi teks cerita cekak dengan kehidupan sehari-hari.
|
|
Critakna kanthi ringkes, kepriye isine cerkak “Topeng” gegayutan karo kahanan ing jaman saiki?
|
Tes lisan:
1. Menilai membaca indah cerita cekak yang dilakukan peserta
didik.
2. Menceritakan kembali isi cerkak dengan bahasanya sendiri.
|
|
|
3. Keterampilan
a. Teknik Penilaian : P1= Evaluasi Produk Dan P2= Evaluasi Unjuk Kerja/ Tes
Praktik
b. Bentuk
Instrumen : Lembar Penilaian
c. Kisi-kisi : LEMBAR PENILAIAN KETRAMPILAN
No.
|
Indikator
|
Rubrik Penilaian
|
Butir Instrumen
|
1.
|
Ø
Peserta didik membaca indah cerita
pendek dengan lafal dan intonasi yang tepat
Ø
Peserta didik merangkum isi cerita
pendek
Ø
Peserta didik menceritakan kembali isi cerita cekak,
|
|
|
Mengetahui, Bululawang,
4 Agust 2014
Kepala
Sekolah Guru
Bahasa Jawa
Dra. Durotul Bahgiyah, M. Si Mudji
Surjani, S. Pd
Nip. 19620830 198512 2 001 Nip. 19660509
198903 2 013
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
I. LAMPIRAN
MATERI :
A. Crita Fiksi lan unsur Intrinsikipun
Wacan ing ngisor iki wacanen kang titi!
T O P E N G
Dening : Oemaryanto
Buntelan
sing diwadhahi tas kresek ireng iku dicepitake ing boncengan buri. Lawang omahe
digembok banjur nggenjot sepedhah jengkine urut dalan padesan. Ora suwe wis
tekan dalan gedhe jurusan Jombang – Kandhangan, sing isih sepi saka kumliwere
kendharaan. Sauntara ing brang wetan, sunare surya wiwit sumamburat abang.
Alon-alon
Syahri mancal sepedhahe. Saka omahe ing Kandhangan nguon-ngidul parane. Dina
iki sing dituju pasar Pamenang – Pare. Simbah saka putu lanang siji thil iki
suthik dikalahake karo umur. Kisut tuwa lan krenggosane napas dudu pepalang
kanggone Syahri kanggo ngisi dinane kanthi tangi isuk lan tumandang gawe
sadurunge srengenge njedhul.
“Ayo,
Dhik Kasun. Aku dhisik...” sapane marang Kasun Parno sing lagi ngenteni bojone
ing ngarep wartel Mawar. Sing disapa mlengos, mbuwang panyawang karo
ethok-ethok ora krungu. Syahri ora kaget. Batine mung mesem. Wis ngira yen sapa
aruhe bakal ora dipaelu. Mulane dadi uwong gak usah neka-neka, batine maido
tanggane iku. Kurang luwih seminggu kepungkur Kasun Parno mampir omahe. Saka
bale desa, sebab panas banjur ngisis ing emper lungguh lincak ngarepan omahe
Syahri sing pancen isis. Kebeneran awan iku Syahri lagi ngresiki topeng-topeng
tinggalane wong tuwane. Topeng-topeng iku wis tuwa. Kayune ireng nggales, kelir
lan cete akeh sing wis burem. Biyen ana sing arep nuku, nanging ditulak.
Senajan ajine ora sepira nanging topeng-topeng iku kabeh dianggep warisane
kulawarga. Mung loro sing gaweyane Syahri dhewe.
Garapane
kasar, wangune kaya badhut, pating pendhosol kaya wong lahi ngenyek lan
nyungir. Ing burine ana kain kanggo nutupi sirah. Dadi sapa bae sing nganggo
topeng iku ora bakal diweruhi sapa sing ana walik topeng iku. Iya topeng badhut
rai abang lan ireng iku sing saben dina diajak makarya mbarang turut pasar.
“Topeng
kaya badhut iki kok beda karo liyane, Kang?” pitakone Kasun Parno nyekel topeng
badhut praen abang.
“Iya,
wong gaweyanku dhewe. Bahane saka kayu waru. Takgarap sabisaku, sing penting
ngrejekeni,”
“Saka
kelire isih anyar ya, Kang?”
Syahri
banjur nerangake yen nggawene rong taun kepungkur sawise Karmidi anake rabi lan
boyong menyang Bogor kae.
“Wah,
bolongane mripat kurang amba, Kang iki,” kandha ngono Kasun Parno karo njajal
topeng badhut sing praen ireng.
“Ora
apa-apa, Dhik. Nganggo topeng iku bisa weruh kanyatan tanpa disumurupi dening
liyan,”
“Maksude,
Kang?”
“Nalika
takenggo nyambut gawe mbarang turut toko, ora nyana aku weruh salah siji
prangkat desa sing lagi boncengan karo wanita liya...” kandhane Syahri isih
karo ngelapi topeng-topenge.
“Sapa?
Sampeyan nate weruh sapa, Kang?” Kasun Parno kandha lirih karo nyedhaki
lungguhe Syahri sing mung ana dhingklik ngisor iku.
“Pokoke
ya prangkat desa, sing mesthine dadi contone warga. Wanita sing dibonceng dudu
bojone. Kira-kira ya... wong digonceng ki sajak mesra banget. Ndadak lendhetan
barang neng pundhake sing bonceng...”
Durung
tutuk olehe crita Kasun Parno ngadeg nyat lan njaluk pamit kesusu banget.
“Lho,
Dhik.. bukune kari.. iki lho...”
Sepisan
maneh Syahri mesem. Sepedhah jengkine digenjot alon sajak tanpa sanggan. Akeh
sing wis disumurupi. Akeh wong sing wis dikonangi. Mulane ngamen topeng badhut
iku ditlateni. Ora mung asile nanging pengalaman-pengalaman sing bareng tuwa
iku bisa nguwatake imane, nggedhekake rasa syukur marang Gustine.
Tekan
buk pinggir kali ana sawetara pemudha lagi cangkruk. Ana sing nggawa gitar lan
ketipung. Sajake lagi ngenteni liwate bis esuk.
“Ayo,
Mas. Menyang pasar ora?”
Nadyan
sapa aruhe iku mau cetha dirungu, nanging para mudha iku ora ana sing
wangsulan. Salah sijine sing klambi kothak-kothak malah mentheleng sajak
nyimpen dendam. Syahri ngguyu plengeh. Mulane nyambutgawe ing pasar sing bener,
Le, batine.
Telung
dina kepungkur Syahri lan topeng badhute ngonangi klambi kothak-kothak mau nyopet
ing pasar Peterongan. Nalika dheweke wiwit ngamen, tetembangan karo nauh
terbang cilik. Sirahe lenggut-lenggut awake obah manut wiramane lagu. Lho kok
dumadakan ana pemudha loro melu suk-sukan ing antarane ibu-ibu sing blanja.
Sing klambi kothak-kothak banjur ngetokake silet. Tas kulit iku suwek kena
silet. Isine diodhos-odhos. Dhompet, hp, dicopet lan kanthi cepet dilungake
kancane. Sing nampani enggal sumingkir ngadoh saka kerameyan.
Ora
suwe kedadeyane. Ibu-ibu sing kecopetan bengok-bengok. Pemudha klambi
kothak-kothak iku nyingkir mbalik dalan. Saking kesusune nubruk Syahri sing wis
tekan burine. Pemudha iku mandheg sedhela. Mripate menthelengi Syahri sajak
ngincim, ora sah melu cawe-cawe. Sing dipenthelengi mung mesem. Naning eseme
ora ketok sebab ketutupan topeng badhut ireng.
Dina
iki topengku weruh sapa nyopet lan sapa sing dicopet tanpa bisa tumindak
apa-apa. Mulane sing klambi kothak-kothak ing pinggir dalan iku mentheleng
tajem nalika disapa Syahri. Salahmu dhewe, Le, batine Syahri.
Wusana
Syahri tekan ing pasar Pamenang sing wis wiwit rame dening umyeke wong dol
tinuku. Sepedhah jengkine dituntun lan dititipake ing warung langganane.
Buntelan ing tas kresek dijupuk nuli jumangkah tumuju toilet. Sepuluh menit
sabanjure Syahri wis njedhul saka toilet. Sandhang penganggone wis salin.
Klambine tambal-tambal nganti sadhengkul dawane. Wetenge mblendhuk, nganggo
topeng badhut lan nyekethem terbang cilik. Banjur terbang ditabuh, lambene
wiwit nembang ing sangarepe bakul. Dhuwit klithik pawewehe bakul lan uwong sing
padha welas dilebokake ing kanthong klambi sing sengaja digawe luwih gedhe.
Uga
ana bakul sing ora menehi tur malah grenengan. Syahri ora ngresula. Saumpama
Syahri arep mecucu apa ngece-ece uga ora ana sing ngerti sebab kabeh mau
ketutupan topeng badhut rai ireng iku.
Tekan
bakul pracangan sisih pojok kidul jangkahe Syahri kandheg. Anggone tetembangan
saya lirih. Sirahe menga-mengo. Swarane terbang uga wis ora pati ana wiramane.
Saka walike topeng Syahri weruh ana sawenehing wanita lagi blanja karo
nggandheng anake lanang sing isih cilik. Wanita iku ditamatake. Jebul Hardini,
mantune dhewe sing kudune ana ing Bogor kana. Kapan olehe bali? Dhadhane Syahri
tratapan. Sauntara bocah cilik iku wiwit wedi. Bocah iku wedi marang topeng
badhut praen ireng sing dianggo Syahri.
“Ora
sah wedi,.. ora apa-apa kok!” kandhane ibune semu kudu ngguyu. Syahri mundur
alus. Dheweke enggal metu saka jero pasar. Nuli lenger-lenger ing trotoar
ngisor wit waru. Topenge isih dienggo, jantunge isih dheg-dhegan. Apa mantuku
iki entuk cuti saka pabrik? Dheweke bali dhewe apa bareng karo Karmidi? Kapan
tekane? Apa Hardini njujug omahe wong tuwane ing kana? Pikirane Syahri saiki
umyek, kaya umyeke wong-wong ing pasar.
Saploke
Karmidi, anake lanang rabi entuk Hardini lan nyambutgawe ing Bogor kana, Syahri
pancen arang-arang banget ketemu. Mung setaun sepisan, yen dhong riyayan.
Sauntara Syahri sing lumuh nganggur iku, uga ora tau krasan yen mung meneng ana
omah. Dheweke uga suthik yen mung njagakake kiriman blanja saka Karmidi.
Sedhenge tenaga tuwane wis ora kuwat nyandhak pegaweyan kasar. Mula banjur
nekad ngamen turut dalan, turut pasar.
Pegawayan
iku ora dingerteni dening anake lanang uga mantune si Hardini. Anggone ngamen
nganti tekan puluhan kilometer adohe saka desane. Tangga teparone wae arang
sing ngerti yen Syahri iku pengamen. Malah ora sithik sing ngira yen dheweke
iku bakul topeng. Lan dina iki anggone ngamen jebul adhep-adhepan karo mantune
dhewe. Muga-muga bae dheweke ora ngerti.
“Topeng
nakal!” aloke bocah cilik saka burine Syahri.
Klothak!
Tangane bocah cilik iku nyampe topenge Syahri. Karet sing nyanthol ing kupinge
pedhot, topenge coplok lan ceblok ing pangkone Syahri. Syahri gragapan kaget.
“Lho?...Pak!
Njenengan kok... ” aloke Ibune si bocah mau semu ora percaya. Syahri klincutan.
Lambene rinasa abot ora bisa guneman. Dipeksa mesem kanggo nutupi isin, tetep
ora bisa. Sedhenge wanita sing ora liya Hardini iku jumangkah nyedhak, batine
isih ora percaya karo apa sing dinulu.
“Sepurane...Ndhuk...,”
guneme Syahri kaya kolu ing gorokane. Topenge saiki ngglundhung ing lemah.
Topenge
sing gumlethak neng lemah dijupuk. Topeng sing dianggep bisa weruh kasunyatan
tanpa disumurupi liyan, topeng sing bisa gawe seneng lan wedine liyan, topeng
sing bisa dijak nyambutgawe. Topeng sing sasuwene iki bisa kanggo ndhelik saka
kanyatan, jebul dina iki wis miyak wadine dhewe.
*****
(Jaya
Baya 12, 2005 : 28 - 19)
1. Crita Fiksi
Crita
fiksi punika nggadhahi teges khayalan.
Crita fiksi punika ing sastra Jawi
kathah sanget, ing sastra tulis umpamini
pun crita cekak (cerkak), roman sacuwil, wacan bocah, alaming lelembut,
crita sambung, kalebet ugi crita rakyat.
Ing
pundi saged dipun panggihi crita fiksi sastra Jawi? Ing jaman sapunika gampil
sanget. Ing majalah utawi kalawarti basa Jawi, ugi ing buku-buku terbitan
saking karya sastra jawi kalawau.
Cerkak
punika kalebet crita fiksi. Cerkak saking tembung crita cekak, inngih punika
karangan awujud gancaran ingkang ringkes tur padhet, maksudipun nyariyosaken
kedadosan saking wiwitan ngantos wekasan kanthi cara ingkang ringkes utawi
cekak. Cerkak punika keunggulan ipun senaosa ringkes nanging isinipun saged
nabet ing manah.
2. Unsur Intrinsik crita fiksi
Saben
jenis karya sastra punika nggadhahi kaendahan. Kaendahan kalawau dipun wangun saking struktur sastra ingkang wonten ing
salebeting karya punika piyambak. Struktur
sastra punika dipun wastani ugi unsur
intrinsik karya sastra. Kangge karya sastra jenis crita (gancaran)
strukturipun ing antawisipun inggih punika :
a.
Tema = inggih punika ide pokok utawi
gagasan pokok ingkang dados sumber lan dhasar penulisan cerkak. Kangge
mangertosi tema ing cerkak, pamaosipun boten namung sepisan nanging bola-bali
lan dipun mangertosi kekajengan ipun pengarang lumantar karyanipun.
b.
Plot utawi alur inggih punika
reroncening kedadosan ingkang sambung-sinambung salebeting cariyos.
Plot limrahipun nggadhahi urut-urutan
- bebuka,
nalika pengarang wiwit nggambaraken cariyos ; kenalan. Pengarang wiwit nggandheng prastawa
satunggal lan prastawa sanesipun ingkang saged nyebabaken wontenipun gesehing
panemu (konflik) salebeting cariyos.
- pradondi, kahanan ing nalika gesehing
panemu (konflik) kalawau sansaya nemen raosipun. Sedaya prastawa ing cariyos
ngalami pamuncakipun.
- panutup,
nalika pengarang akhiripun mungkasi cariyos lan nutup sedaya prastawa ingkang
wonten.
Alur utawi plot punika wonten
ingkang ngginakaken alur maju, alur mundur, alur rapet, alur renggang, alur
maju-mundur, lsp.
c. Wewatakan (penokohan) inggih punika wewatakanipun para paraga
ingkang wonten ing cariyos. Wewatakaning para paraga punika saged dipun tingali
saking :
- gambaran wujud lairipun;
wonten ingkang ayu, bagus, enom, tuwa, uwanen, cacad, lsp.
- pikiranipun paraga, badhe
tumindak sae, mikir awon, lsp.
- gambaran langsung,
pengarang nyariyosaken watakipun paraga.
- basanipun lan wicantenipun
- saged ugi saking kahanan
kamaripun, pakulinanipun, caranipun ageman. Lsp.
d. Latar, Setting
Latar utawi setting punika
saged arupi papan panggenan lan wekdal kedadosan ingkang wonten ing salebeting
karya sastra. Saking papan panggenan lan wekdal punika pengarang nggambaraken
swasananing kedadosan, ngantos-ngantos penikmat – pamaos kados tumut ing
salebeting cariyos kalawau.
e. Amanat inggih punika piweling ingkang kinandhut wonten ing
karangan. Amanat saged arupi pitutur, pamrayoga, pangajak ngantos dumugi
kritik/panyaruwe.
f. Kaendahaning Basa, inggih punika basa ingkang dipun ginakaken ing
cariyos. Taksih netepi unggah-ungguh basa, nggunakaken basa lokal (dialek),
utawi ugi rerenggan basa sanesipun.
g.
Point of view/sudut pandang inggih punika kalenggahan pengarang wonten
ing salebeting cariyos. Wonten sudut pandang wong kapisan (utama purusa), lan
sudut pandang wong ka-telu/pratama purusa. Ing sudut pandang wong kapisan,
pengarang wonten ing salebeting crita kanthi langsung. Saged dados paraga
utama, saged ugi namung dados paraga tambahan.
3. Kawruh Basa
- Dasanama; dasa = sepuluh,
nama = aran
Tembung dasanama yaiku
tembung kang duweni teges pirang-pirang utawa padha tegese = sinonim.
Tuladha dasanama ing ngisor
iki pahamana kanthi tliti!
1. Anak : atmaja, suta, siwi, sunu, yoga, putra
2. Angin : bajra, bayu, maruta, samirana, sindung,
riwut, pawana
3. Ati : driya, galih, manah, kalbu, nala, prana, tyas, wardaya.
4. Awak : angga, badan, sarira, salira, raga.
5. Banyu : toya, her, warih, ranu, tirta, we, sindu.
6. Lsp
4. Ukara Langsung lan Ukara Ora
Langsung
Ing sajrone crita kudu
dimanfaatake anane ukara langsung lan ukara ora langsung. Ukara langsung iku
panulise nggunakake tandha petik loro. Ditulis mlebu kaya dene pada/paragraf
anyar.
Tuladha :
1. “Aku ora nate melu!”
kandhaku banter.
2. “Taun iki kowe kudu
munggah kelas, aja nganti kaya taun wingi!”
ngendikane Pak Guru.
3. “Wetengku luwih tenan.
Tulung aku golekna apa-apa kanggo ngganjel wetengku,” muni ngono karo nyekeli
wetenge. Aku dadi mesakake banget.
Ukara Ora Langsung iku mung
dicritakake bae apa sing diucapake. Panulise ora perlu tandha kutip. Ditulis
padha kaya basa gancaran ing pada/paragraf.
Tuladha :
1. Aku mbengok banter lan
ngandhani wong-wong mau yen aku ora melu.
2. Aku dadi kelingan
ngendikane Pak Guru, yen taun iki aku kudu munggah kelas, ora kena kaya taun
wingi.
3. Wong tuwa iku nyedhak karo
nyekeli wetenge. Sabanjure dheweke ngomong yen wetenge lara sebab luwe. Dheweke
pengin digolekake panganan apa-apa kanggo ngiseni wetenge sing keluwen iku.
II.
LAMPIRAN EVALUASI
A.
Lembar Pengamatan Diri
1. Wenehana
tanda centang (√) ing andharan(pernyataan) sing kokanggep paling pas karo
kanyatan sing koklakoni.
2. Katrangan
kanggo mbiji pakulinan (kebiasaan):
5 = ajeg
4 =
kerep
3 =
arang-arang
2 =
tau
1 =
blas
3. Lembar
pengamatan
No.
|
Aspek penilaian
|
Skala Penilaian
|
||||
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1
|
a. Kulina ndonga sadurunge
miwiti lan mungkasipasinaon Basa Jawa.
|
|
|
|
|
|
b. Kulina migunakake Basa Jawa kanggo ngomong karo sapa
bae (guru, kanca) nalika jam pelajaran.
|
|
|
|
|
|
|
c. Kulina ngetrapake tatakrama nalika ing pasrawungan.
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Jujur nalika mangsuli pitakon-pitakon
ngenani wacan crita cekak manut
panemune dhewe
|
|
|
|
|
|
3
|
a.
Tanggungjawab
marang tugas pribadi
|
|
|
|
|
|
b.
Tanggungjawab
marang tugas kelompok.
|
|
|
|
|
|
|
4
|
a.
Ngurmati
panemune wong liya nalika diskusi.
|
|
|
|
|
|
b.
Migunakake
tembung kang pas (ora kasar lan kemproh) nalika ngomong lan takon ing
diskusi.
|
|
|
|
|
|
..............,
................2014
.......................................
Nama
: .............................
Kelas/No absen : ................
B. Pengetahuan
1. Sapa paraga utama
ing cerkak iku, lan kepriye watake?
2. Kepriye urutan
prastawa ing cerkak “Topeng” iku?
3. Apa temane cerkak
“Topeng” iku?
4. Apa piwulang budi
pekerti sing bisa kapethik saka crita cekak “Topeng”?
5. Critakna kanthi ringkes, kepriye
isine cerkak “Topeng” gegayutan karo kahanan ing jaman saiki.
Kunci Jawaban
1. Paraga utama : Syahri, watake :
tuwa, kisut, simbah saka putu lanang siji thil, sregep, tansah syukur marang
Allah.
2. Urutane prastawa kawiwitan nalika
Syahri budhal ngamen menyang pasar Pamenang Pare, sadawane dalan ngeling-eling
prastawa kang wis disumurupi wiwit Kasun Parno sing selingkuh, pemudha ngamen
sing nyambi nyopet, nganti sawijining dina pegaweyane dikonangi dening mantune
dhewe lan putune ana ing pasar Pamenang.
3. Tema cerkak : Pak Syahri tukang
mbarang topeng.
4. Piwulang ing
cerkak : - urip iku kudu ati-ati, ora kena njaluk menange dhewe.
5. Isine cerkak
“Topeng” gegayutan karo kahanan ing jaman saiki, isih ana wong wis tuwa sing
ngrekadaya dhewe kanggo nyukupi butuhe senajan duweni anak cukup, ora gumantung
marang pawewehe anak, tanpa maelu panemune wong-wong sakupenge, sing penting
pegaweyan mau bener lan khalal.
Rubrik Pambiji Wangsulan
Aspek
|
Deskriptor
|
Ya
|
Ora
|
Pas, orane wangsulan
|
-
Wangsulan arupa penjelasan
-
Wangsulan pas, mathuk ana ing jroning crita cerkak.
|
|
|
Kebahasaan
|
-
Wangsulan migunakake basa Jawa kang komunikatif
-
Tata tulis ejaan jroning wangsulan ora
akeh sing kleru, (pas, mathuk karo kaidah )
-
Struktur tembung, ukara wangsulan pas,
mathuk karo tatanan struktur tembung, ukara basa Jawa
|
|
|
Kriteria
pambiji : 5 ya = 100, 4 ya = 85, 3 ya = 75, kurang saka 3 = mbaleni
c. Keterampilan
a. Teknik Penilaian : P1= Evaluasi Produk Dan P2= Evaluasi Unjuk Kerja/ Tes
Praktik
b. Bentuk
Instrumen : Lembar Penilaian
c. Kisi-kisi :
LEMBAR PENILAIAN KETRAMPILAN
No.
|
Indikator
|
Rubrik Penilaian
|
Butir Instrumen
|
1.
2.
3.
|
Ø
Peserta didik membaca teks cerita pendek dengan lafal dan
intonasi yang tepat
Ø
Peserta didik merangkum isi cerita
pendek
Ø
Peserta didik menceritakan kembali isi cerita cekak,
|
|
|
1. Rubrik Pambiji unjuk kerja
No.
|
Aspek penilaian
|
Skala Penilaian
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1
2
3
4
|
Kuwanenan nalika maju
|
|
|
|
|
Banter/lirihne swara
|
|
|
|
|
|
Lafal/intonasi
|
|
|
|
|
|
Sikap/perilaku sopan lan
tenanan
|
|
|
|
|
2. Rubrik pambiji portofolio hasil tulisan (Lembar
Pengamatan)
Wenehana
tandha centhang (√) ing andharan (pernyataan) sing kokanggep paling pas karo
kanyatan sing kokamati, tulisane kancamu.
Katrangan kanggo mbiji:
5 =
pas banget
4 =
pas
3 =
cukup pas
2 =
kurang pas
1 =
ora pas
No.
|
Aspek penilaian
|
Skala Penilaian
|
||||
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1.
|
Tulisan (hasil
tulisan/karya tulis sederhana) sing pas karo kaidah ejaan lan penulisan
ing tata tulis basa Jawa.
|
|
|
|
|
|
2.
|
Migunakake basa jawa kang
komunikatif
|
|
|
|
|
|
3.
|
Rangkuman urut, runtut pas karo
critane
|
|
|
|
|
|
4.
|
Kohesi lan
koherensi paragraf
|
|
|
|
|
|
3. Rubrik Pambiji unjuk kerja
No
|
Aspek Penilaian
|
Skor penilaian
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1
|
Lafal, vokal lan
wirama
|
|
|
|
|
2
|
Banter/lirihne swara
|
|
|
|
|
3
|
Critane urut, runtut
cocok karo isine cerkak
|
|
|
|
|
4
|
Basa sing digunakake komunikatif
|
|
|
|
|
5
|
Sikap/perilaku sopan lan tenanan
|
|
|
|
|
Keterangan Skor 1 :
kurang, 2 : cukup, 3 : baik, 4 : amat baik
Penilaian
: 

Langganan:
Postingan (Atom)