Minggu, 07 Agustus 2022

Baby Walk Assistant Alat Bantu Bayi Belajar Jalan Sabuk Pengaman Jalan - Pink

 




  • LINK PRODUK = https://tokopedia.link/7YHjdBCeisb



  • Kondisi: Baru
  • Berat Satuan: 500 g
  • Kategori: Baby Walker
  • Etalase: Semua Etalase
Baby Walk Assistant membantu orang tua agar tidak sakit punggung saat mengajarkan bayi untuk berjalan dan berdiri.

Fungsi Walking Assistant
1. Membantu buah hati untuk belajar berjalan dan berdiri dengan nyaman dan aman.
2. Menghindari sakit punggung orang tua yang harus membungkuk untuk memegangi bayi

Cara Pemakaian:
- Sesuaikan ukuran perut dan tinggi dengan bayi
- Pastikan kunci sudah terpasang dengan baik dan benar

Rabu, 04 September 2019

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 1)
Satuan Pendidikan                      :    SMP
Mata Pelajaran                            :    Bahasa Jawa
Kelas/Semester                            :    VIII/Semester Ganjil
Materi Pokok                              :    Teks cerita pendek
Alokasi Waktu                            :    2 pertemuan (4 X 40 menit)

A.    Kompetensi Inti
1.          Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2.          Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3.          Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.          Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
1
1.1    Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa daerah, serta   untuk melestarikan dan mengembangkan budaya daerah untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan  kebudayaan  Nasional.

1.1.1 Berdoa sebelum  memulai dan mengakhiri belajar
1.1.2 Menyapa dengan bahasa daerah






1.3    Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis.
1.3.1     Mensyukuri keberadaan bahasa daerah.
1.3.2   Bercakap-cakap dengan bahasa daerah sebagai rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa.
2
2.1 Memiliki perilaku jujur dalam menceritakan sudut pandang moral yang eksplisit
2.1.1  Membiasakan perilaku jujur dalam berbicara


2.2. Memiliki perilaku demokratis, kreatif, dan santun dalam berdebat tentang kasus atau sudut pandang.

2.2.1 Memiliki perilaku kreatif dalam berbahasa daerah
2.2.2  Memiliki perilaku demokratis.
2.2.3  Membiasakan perilaku santun  dalam berbahasa
3
3.1 Mengidentifikasi, memahami dan menganalisis  struktur teks, unsur kebahasaan, dan pesan moral cerita fiksi ( cerkak ) secara lisan dan tulis Mengapresiasi  teks fiksi            ( cerkak ) sesuai konteks secara lisan dan tulis.
3. 1.1  Mengidentifikasi struktur teks cerita pendek.
3.1.2  Menganalisis  struktur teks cerita pendek.
3.1.3 Menganalisis unsur kebahasaan cerita pendek
3.1.4  Menyimpulkan pesan moral cerita pendek
4
4.1 Mengapresiasi cerita fiksi    (cerkak ) secara lisan dan tulis.

4.1.1  Membaca indah cerita pendek.
4.1.2  Merangkum isi cerita pendek
4.1.3  Menceritakan relevansi isi cerita pendek dengan kehidupan sehari-hari


C. Tujuan Pembelajaran (ABCD)
Sikap
Sikap Spiritual
1.      Dengan  terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran (C) , peserta didik (A)  dapat berdoa (B) sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran  dengan baik (D).
2.      Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran teks cerita cekak “ Topeng   peserta didik dapat menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana memahami informasi tulis dengan tepat.
3.      Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran teks cerita cekak “ Topeng , peserta didik dapat menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis  sesuai dengan tata krama/santun.

Sikap Sosial
1.        Selama dalam proses pembelajaran struktur teks cerita cekak   Topeng,  peserta didik dapat membiasakan berperilaku jujur dalam berbicara.
2.        Selama dalam proses pembelajaran struktur teks cerita cekak “ Topeng”, peserta didik dapat berperilaku kreatif dalam berbahasa Jawa
3.        Selama dalam proses pembelajaran struktur teks cerita cekak “ Topeng”, peserta didik dapat berperilaku tanggung jawab dalam berbahasa Jawa.
4.        Selama dalam proses pembelajaran struktur teks cerita cekak   Topeng”, peserta didik dapat berperilaku santun dalam berbahasa Jawa.

Pengetahuan
1.        Melalui kegiatan mendengarkan pembacaan cerita cekak “ Topeng ” peserta didik dapat menganalisis struktur teks cerita cekak.
2.        Melalui kegiatan mendengarkan pembacaan cerita cekak “ Topeng ” peserta didik dapat menganalisis unsur kebahasaan teks cerita cekak.
3.        Melalui kegiatan mendengarkan pembacaan cerita cekak “ Topeng ” peserta didik dapat menyimpulkan pesan moral  teks cerita cekak.

Keterampilan
1.       Setelah belajar tentang isi teks, peserta didik dapat membaca  cerita cekak Topeng ” dengan lafal dan intonasi yang tepat.
2.       Setelah belajar tentang isi teks, peserta didik dapat merangkum isi cerita cekak “ Topeng ” dengan  baik.
3.       Setelah belajar tentang isi teks cerita cekak “ Topeng ” peserta didik dapat menceritakan relevansi isi cerita cekak  dengan kehidupan sehari-hari.

D. Materi Pelajaran*
       Pertemuan I

1)             Teks cerita cekak “ Topeng ”.
2)             Unsur instrinsik cerita cekak.

Pertemuan II
3)             Unsur kebahasaan teks cerita cekak.
4)             Pesan moral dalam teks cerita cekak.
5)             Sinopsis  teks cerita cekak.
6)             Relevansi isi cerita cekak dengan kehidupan sehari-hari
*   Materi terlampir

E. Metode Pembelajaran
1.    Pendekatan     : Saintifik/ Kontekstual
2.    Model             : Pembelajaran Berbasis Teks (Genre-based Aproach)
                               Model pembelajaran kooperatif
3.    Metode            : Jigsaw, tanya jawab, diskusi
4.    Teknik            : Explicit Instruction.

F. KKM :  2,66

G. Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pengorganisasian
Peserta didik
Alokasi waktu
Pendahuluan
·       Guru memberi salam
·       Siswa melakukan doa
·       Guru menyiapkan kondisi dan motivasi siswa dalam belajar.
·       Guru melakukan apersepsi    melalui kegiatan bertanya jawab tentang karya sastra fiksi.
·       Guru menyampaikan tujuan pembelajaran meliputi aspek sikap (sikap spirutual dan sikap sosial), pengetahuan, dan  keterampilan.

10 menit
Kegiatan inti

Peserta didik bersama guru melakukan pembelajaran berbasis saintifik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengamati:
Ø  Peserta didik mendengarkan pembacaan teks cerita cekak “ Topeng
Menanya:
Ø  Peserta didik bertanya jawab tentang   unsur intrinsik cerita cekak: tema, alur, penokohan, latar, dan pesan pengarang(amanat).
Mengumpulkan informasi:
Ø  Peserta didik mencari bukti watak baik  tokoh utama  dalam teks cerita cekak.
Ø  Peserta didik mengidentifikasi peristiwa yang membentuk plot dalam teks cerita cekak.
Mengasosiasi:
Ø  Peserta didik membandingkan watak tokoh utama  dengan tokoh yang lain dalam cerita cekak.
Mengomunikasikan:
Ø  Peserta didik menyampaikan hasil diskusi  tentang  watak tokoh utama, urutan peristiwa  beserta pembuktiannya dengan bahasa Jawa yang benar dan santun.

60 menit
Penutup
·       Guru bersama peserta didik melakukan refleksi hasi pembelajaran
·       Guru memberi tugas sebagai perbaikan dan pengayaan
·       Guru menutup pelajaran
·       Guru menginformasikan untuk KD pertemuan berikutnya

10 menit

         Pertemuan 2
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pengorganisasian
Peserta didik
Alokasi waktu
Pendahuluan
·       Guru memberi salam
·       Siswa melakukan doa
·       Guru menyiapkan kondisi dan motivasi siswa dalam belajar.
·       Guru melakukan apersepsi   dengan mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
·       Guru menyampaikan tujuan pembelajaran meliputi aspek sikap (sikap spirutual dan sikap sosial), pengetahuan, dan  keterampilan.

10 menit
Kegiatan inti

Peserta didik bersama guru melakukan pembelajaran berbasis saintifik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengamati:
Ø  Peserta didik menandai/mencatat hal-hal  penting  yang terkait dengan teks cerita cekak “ Topeng
Menanya:
Ø  Peserta didik bertanya jawab tentang penggunaan unggah-ungguh dalam  cerita cekak “ Topeng .
Ø  Peserta didik bertanya jawab tentang pesan moral di dalam teks cerita cekak.
Mengumpulkan informasi:
Ø  Peserta didik berdiskusi tentang  unsur kebahasaan teks cerita cekak “ Topeng.
Ø  Peserta didik mendiskusikan isi teks cerita cekak “ Topeng
Ø  Peserta didik mendiskusikan   pesan moral dalam teks cerita cekak                 Topeng”.
Ø  Peserta didik berdiskusi tentang relevansi isi teks cerita cekak dengan kehidupan sehari-hari.
Mengasosiasi:
Ø  Peserta didik menyimpulkan isi teks cerita cekak.
Mengomunikasikan:
Ø  Peserta didik  membaca teks cerita cekak dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Ø  Peserta didik menceritakan kembali isi cerita cekak,


60 menit
Penutup
·       Guru bersama peserta didik melakukan refleksi hasi pembelajaran
·       Guru memberi tugas sebagai perbaikan dan pengayaan
·       Guru menutup pelajaran
·       Guru menginformasikan untuk KD pertemuan berikutnya

10 menit

H. Sumber Belajar
1.         Istuningsih, Sri Ismini. 2014. Antologi Cerita Cekak Pralampita. Tulungagung: Paramarta
2.         Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Umum Ejaan bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan. Yogyakarta: Balai Bahasa
3.         Mangunsuwito, S.A. 2002.Kamus Bahasa Jawa, Jawa-Indonesia. Bandung: CV. Rama Widya.
4.         Sry Tjatur Wisnu. 1989. Unggah-ungguh Basa  Jawa. Yogyakarta:Elmatera Publishing.
5.         Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia:J.B. Wolters.

I. Media Pembelajaran
  1. Alat :
LCD/Laptop.  CD Interaktif  rekaman pembacaan cerita cekak.
2. Bahan :
      Antologi Cerita Cekak Pralampita
Kalawarti Jaya Baya, Panjebar Semangat.  

A. Penilaian
1.      Sikap spiritual dan sosial
a. Teknik Penilaian         :    Pengamatan/ Observasi, Penilaian Diri,    Penilaian Antar   Peserta Didik, dan Jurnal
             b. Bentuk Instrumen  :   Lembar Observasi, Lembar Angket, Catatan Guru
             c. Kisi – kisi                   :   
LEMBAR PENGAMATAN DIRI

No.
Sikap/Nilai
Indikator
Rubrik Penilaian
Butir Pertanyaan
1
1.1  Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa daerah, serta   untuk melestarikan dan mengembangkan budaya daerah untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan  kebudayaan  Nasional
1.1.1        Berdoa sebelum memulai dan
sesudah kegiatan belajar bahasa daerah.
1.1.2        Menyapa dengan  Bahasa Jawa dalam berkomunikasi menggunakan  unggah-ungguh basa yang baik.








1.2    Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis.
1.2.1  Mensyukuri keberadaan Bahasa Jawa.
1.2.2 Bercakap-cakap dengan bahasa Jawa sebagai rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa.


2
2.1  Memiliki perilaku jujur dalam menceritakan sudut pandang moral yang eksplisit.
2.2 Memiliki perilaku demokratis, kreatif, dan santun dalam berdebat tentang kasus atau sudut pandang.

2.1.1   Membiasakan perilaku jujur dalam berbicara.


2.2.1 Memiliki perilaku kreatif dalam berbahasa Jawa.
2.2.2   Memiliki perilaku tanggung jawab.
2.2.3  Membiasakan perilaku santun dalam berbahasa Jawa


                 2. Pengetahuan
a.       Tehnik Penilaian       : Tes tulis/tes lisan, penugasan (produk)
b.      Bentuk Isntrumen    : Tes Objektif, Tes Uraian Non Objektif/ Uraian                             Objektif
c.       Kisi – kisi                 :
                 LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN

No
Indikator
Rubrik Penilaian
Butir Instrumen
1
Menemukan watak tokoh utama dalam  cerita cekakTopeng”.

Sapa paraga utama ing cerkak, lan kepriye watake ?
2
Menemukan urutan peristiwa dalam teks  cerkak “Topeng  dengan benar

Kepriye  urutan prastawa ing cerkak “Topeng”?
3
menyimpulkan tema  teks  cerita cekak  Topeng.

Apa tema cerkak “Topeng”?
4
Menjelaskan pesan moral teks  cerita cekak “Topeng” dengan benar.

Apa piwulang budi pekerti sing bisa kapethik saka crita cekak “Topeng”?
5
Menjelaskan relevansi teks cerita cekak dengan kehidupan sehari-hari.

Critakna kanthi ringkes, kepriye isine cerkak “Topeng” gegayutan karo kahanan ing jaman saiki?
Tes lisan:
1. Menilai membaca indah cerita cekak yang dilakukan     peserta didik.
2. Menceritakan kembali isi cerkak dengan bahasanya sendiri.




3. Keterampilan
a.   Teknik Penilaian          : P1= Evaluasi Produk Dan P2= Evaluasi Unjuk Kerja/ Tes Praktik
b. Bentuk Instrumen           : Lembar Penilaian
c. Kisi-kisi   :           LEMBAR PENILAIAN  KETRAMPILAN

No.
Indikator
Rubrik Penilaian
Butir Instrumen
1.
Ø  Peserta didik membaca indah cerita pendek dengan lafal dan intonasi yang tepat
Ø  Peserta didik  merangkum isi cerita pendek
Ø  Peserta didik menceritakan kembali isi cerita cekak,




         Mengetahui,                                                       Bululawang, 4 Agust 2014
         Kepala Sekolah                                                  Guru Bahasa Jawa


        Dra. Durotul Bahgiyah, M. Si                             Mudji Surjani, S. Pd
        Nip. 19620830 198512 2 001                             Nip. 19660509 198903 2 013

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

I. LAMPIRAN  MATERI :
A. Crita Fiksi lan unsur Intrinsikipun
Wacan ing ngisor iki wacanen kang titi!
T O P E N G
Dening : Oemaryanto

                 Buntelan sing diwadhahi tas kresek ireng iku dicepitake ing boncengan buri. Lawang omahe digembok banjur nggenjot sepedhah jengkine urut dalan padesan. Ora suwe wis tekan dalan gedhe jurusan Jombang – Kandhangan, sing isih sepi saka kumliwere kendharaan. Sauntara ing brang wetan, sunare surya wiwit sumamburat abang.
                 Alon-alon Syahri mancal sepedhahe. Saka omahe ing Kandhangan nguon-ngidul parane. Dina iki sing dituju pasar Pamenang – Pare. Simbah saka putu lanang siji thil iki suthik dikalahake karo umur. Kisut tuwa lan krenggosane napas dudu pepalang kanggone Syahri kanggo ngisi dinane kanthi tangi isuk lan tumandang gawe sadurunge srengenge njedhul.
                 “Ayo, Dhik Kasun. Aku dhisik...” sapane marang Kasun Parno sing lagi ngenteni bojone ing ngarep wartel Mawar. Sing disapa mlengos, mbuwang panyawang karo ethok-ethok ora krungu. Syahri ora kaget. Batine mung mesem. Wis ngira yen sapa aruhe bakal ora dipaelu. Mulane dadi uwong gak usah neka-neka, batine maido tanggane iku. Kurang luwih seminggu kepungkur Kasun Parno mampir omahe. Saka bale desa, sebab panas banjur ngisis ing emper lungguh lincak ngarepan omahe Syahri sing pancen isis. Kebeneran awan iku Syahri lagi ngresiki topeng-topeng tinggalane wong tuwane. Topeng-topeng iku wis tuwa. Kayune ireng nggales, kelir lan cete akeh sing wis burem. Biyen ana sing arep nuku, nanging ditulak. Senajan ajine ora sepira nanging topeng-topeng iku kabeh dianggep warisane kulawarga. Mung loro sing gaweyane Syahri dhewe.
                 Garapane kasar, wangune kaya badhut, pating pendhosol kaya wong lahi ngenyek lan nyungir. Ing burine ana kain kanggo nutupi sirah. Dadi sapa bae sing nganggo topeng iku ora bakal diweruhi sapa sing ana walik topeng iku. Iya topeng badhut rai abang lan ireng iku sing saben dina diajak makarya mbarang turut pasar.
                 “Topeng kaya badhut iki kok beda karo liyane, Kang?” pitakone Kasun Parno nyekel topeng badhut praen abang.
                 “Iya, wong gaweyanku dhewe. Bahane saka kayu waru. Takgarap sabisaku, sing penting ngrejekeni,”
                 “Saka kelire isih anyar ya, Kang?”
                 Syahri banjur nerangake yen nggawene rong taun kepungkur sawise Karmidi anake rabi lan boyong menyang Bogor kae.
                 “Wah, bolongane mripat kurang amba, Kang iki,” kandha ngono Kasun Parno karo njajal topeng badhut sing praen ireng.
                 “Ora apa-apa, Dhik. Nganggo topeng iku bisa weruh kanyatan tanpa disumurupi dening liyan,”
                 “Maksude, Kang?”
                 “Nalika takenggo nyambut gawe mbarang turut toko, ora nyana aku weruh salah siji prangkat desa sing lagi boncengan karo wanita liya...” kandhane Syahri isih karo ngelapi topeng-topenge.
                 “Sapa? Sampeyan nate weruh sapa, Kang?” Kasun Parno kandha lirih karo nyedhaki lungguhe Syahri sing mung ana dhingklik ngisor iku.
                 “Pokoke ya prangkat desa, sing mesthine dadi contone warga. Wanita sing dibonceng dudu bojone. Kira-kira ya... wong digonceng ki sajak mesra banget. Ndadak lendhetan barang neng pundhake sing bonceng...”
                 Durung tutuk olehe crita Kasun Parno ngadeg nyat lan njaluk pamit kesusu banget.
                 “Lho, Dhik.. bukune kari.. iki lho...”
                 Sepisan maneh Syahri mesem. Sepedhah jengkine digenjot alon sajak tanpa sanggan. Akeh sing wis disumurupi. Akeh wong sing wis dikonangi. Mulane ngamen topeng badhut iku ditlateni. Ora mung asile nanging pengalaman-pengalaman sing bareng tuwa iku bisa nguwatake imane, nggedhekake rasa syukur marang Gustine.
                 Tekan buk pinggir kali ana sawetara pemudha lagi cangkruk. Ana sing nggawa gitar lan ketipung. Sajake lagi ngenteni liwate bis esuk.
                 “Ayo, Mas. Menyang pasar ora?”
                                Nadyan sapa aruhe iku mau cetha dirungu, nanging para mudha iku ora ana sing wangsulan. Salah sijine sing klambi kothak-kothak malah mentheleng sajak nyimpen dendam. Syahri ngguyu plengeh. Mulane nyambutgawe ing pasar sing bener, Le, batine.
            Telung dina kepungkur Syahri lan topeng badhute ngonangi klambi kothak-kothak mau nyopet ing pasar Peterongan. Nalika dheweke wiwit ngamen, tetembangan karo nauh terbang cilik. Sirahe lenggut-lenggut awake obah manut wiramane lagu. Lho kok dumadakan ana pemudha loro melu suk-sukan ing antarane ibu-ibu sing blanja. Sing klambi kothak-kothak banjur ngetokake silet. Tas kulit iku suwek kena silet. Isine diodhos-odhos. Dhompet, hp, dicopet lan kanthi cepet dilungake kancane. Sing nampani enggal sumingkir ngadoh saka kerameyan.
            Ora suwe kedadeyane. Ibu-ibu sing kecopetan bengok-bengok. Pemudha klambi kothak-kothak iku nyingkir mbalik dalan. Saking kesusune nubruk Syahri sing wis tekan burine. Pemudha iku mandheg sedhela. Mripate menthelengi Syahri sajak ngincim, ora sah melu cawe-cawe. Sing dipenthelengi mung mesem. Naning eseme ora ketok sebab ketutupan topeng badhut ireng.
            Dina iki topengku weruh sapa nyopet lan sapa sing dicopet tanpa bisa tumindak apa-apa. Mulane sing klambi kothak-kothak ing pinggir dalan iku mentheleng tajem nalika disapa Syahri. Salahmu dhewe, Le, batine Syahri.
            Wusana Syahri tekan ing pasar Pamenang sing wis wiwit rame dening umyeke wong dol tinuku. Sepedhah jengkine dituntun lan dititipake ing warung langganane. Buntelan ing tas kresek dijupuk nuli jumangkah tumuju toilet. Sepuluh menit sabanjure Syahri wis njedhul saka toilet. Sandhang penganggone wis salin. Klambine tambal-tambal nganti sadhengkul dawane. Wetenge mblendhuk, nganggo topeng badhut lan nyekethem terbang cilik. Banjur terbang ditabuh, lambene wiwit nembang ing sangarepe bakul. Dhuwit klithik pawewehe bakul lan uwong sing padha welas dilebokake ing kanthong klambi sing sengaja digawe luwih gedhe.
            Uga ana bakul sing ora menehi tur malah grenengan. Syahri ora ngresula. Saumpama Syahri arep mecucu apa ngece-ece uga ora ana sing ngerti sebab kabeh mau ketutupan topeng badhut rai ireng iku.
            Tekan bakul pracangan sisih pojok kidul jangkahe Syahri kandheg. Anggone tetembangan saya lirih. Sirahe menga-mengo. Swarane terbang uga wis ora pati ana wiramane. Saka walike topeng Syahri weruh ana sawenehing wanita lagi blanja karo nggandheng anake lanang sing isih cilik. Wanita iku ditamatake. Jebul Hardini, mantune dhewe sing kudune ana ing Bogor kana. Kapan olehe bali? Dhadhane Syahri tratapan. Sauntara bocah cilik iku wiwit wedi. Bocah iku wedi marang topeng badhut praen ireng sing dianggo Syahri.
            “Ora sah wedi,.. ora apa-apa kok!” kandhane ibune semu kudu ngguyu. Syahri mundur alus. Dheweke enggal metu saka jero pasar. Nuli lenger-lenger ing trotoar ngisor wit waru. Topenge isih dienggo, jantunge isih dheg-dhegan. Apa mantuku iki entuk cuti saka pabrik? Dheweke bali dhewe apa bareng karo Karmidi? Kapan tekane? Apa Hardini njujug omahe wong tuwane ing kana? Pikirane Syahri saiki umyek, kaya umyeke wong-wong ing pasar.
            Saploke Karmidi, anake lanang rabi entuk Hardini lan nyambutgawe ing Bogor kana, Syahri pancen arang-arang banget ketemu. Mung setaun sepisan, yen dhong riyayan. Sauntara Syahri sing lumuh nganggur iku, uga ora tau krasan yen mung meneng ana omah. Dheweke uga suthik yen mung njagakake kiriman blanja saka Karmidi. Sedhenge tenaga tuwane wis ora kuwat nyandhak pegaweyan kasar. Mula banjur nekad ngamen turut dalan, turut pasar.
            Pegawayan iku ora dingerteni dening anake lanang uga mantune si Hardini. Anggone ngamen nganti tekan puluhan kilometer adohe saka desane. Tangga teparone wae arang sing ngerti yen Syahri iku pengamen. Malah ora sithik sing ngira yen dheweke iku bakul topeng. Lan dina iki anggone ngamen jebul adhep-adhepan karo mantune dhewe. Muga-muga bae dheweke ora ngerti.           
            “Topeng nakal!” aloke bocah cilik saka burine Syahri.
            Klothak! Tangane bocah cilik iku nyampe topenge Syahri. Karet sing nyanthol ing kupinge pedhot, topenge coplok lan ceblok ing pangkone Syahri. Syahri gragapan kaget.
            “Lho?...Pak! Njenengan kok... ” aloke Ibune si bocah mau semu ora percaya. Syahri klincutan. Lambene rinasa abot ora bisa guneman. Dipeksa mesem kanggo nutupi isin, tetep ora bisa. Sedhenge wanita sing ora liya Hardini iku jumangkah nyedhak, batine isih ora percaya karo apa sing dinulu.
            “Sepurane...Ndhuk...,” guneme Syahri kaya kolu ing gorokane. Topenge saiki ngglundhung ing lemah.
            Topenge sing gumlethak neng lemah dijupuk. Topeng sing dianggep bisa weruh kasunyatan tanpa disumurupi liyan, topeng sing bisa gawe seneng lan wedine liyan, topeng sing bisa dijak nyambutgawe. Topeng sing sasuwene iki bisa kanggo ndhelik saka kanyatan, jebul dina iki wis miyak wadine dhewe.
*****
                                                                        (Jaya Baya 12, 2005 : 28 - 19)

1. Crita Fiksi
            Crita fiksi punika nggadhahi teges khayalan.
Crita fiksi punika ing sastra Jawi kathah sanget, ing sastra tulis umpamini  pun crita cekak (cerkak), roman sacuwil, wacan bocah, alaming lelembut, crita sambung, kalebet ugi crita rakyat.
            Ing pundi saged dipun panggihi crita fiksi sastra Jawi? Ing jaman sapunika gampil sanget. Ing majalah utawi kalawarti basa Jawi, ugi ing buku-buku terbitan saking karya sastra jawi kalawau.
            Cerkak punika kalebet crita fiksi. Cerkak saking tembung crita cekak, inngih punika karangan awujud gancaran ingkang ringkes tur padhet, maksudipun nyariyosaken kedadosan saking wiwitan ngantos wekasan kanthi cara ingkang ringkes utawi cekak. Cerkak punika keunggulan ipun senaosa ringkes nanging isinipun saged nabet ing manah.

2. Unsur Intrinsik crita fiksi
            Saben jenis karya sastra punika nggadhahi kaendahan. Kaendahan  kalawau dipun wangun saking struktur sastra ingkang wonten ing salebeting karya punika piyambak. Struktur sastra punika dipun wastani ugi unsur intrinsik karya sastra. Kangge karya sastra jenis crita (gancaran) strukturipun ing antawisipun inggih punika :
a. Tema = inggih punika ide pokok utawi gagasan pokok ingkang dados sumber lan dhasar penulisan cerkak. Kangge mangertosi tema ing cerkak, pamaosipun boten namung sepisan nanging bola-bali lan dipun mangertosi kekajengan ipun pengarang lumantar karyanipun.
b. Plot utawi alur inggih punika reroncening kedadosan ingkang sambung-sinambung salebeting cariyos.
       Plot limrahipun nggadhahi urut-urutan
  - bebuka, nalika pengarang wiwit nggambaraken cariyos ; kenalan.           Pengarang wiwit nggandheng prastawa satunggal lan prastawa sanesipun ingkang saged nyebabaken wontenipun gesehing panemu (konflik) salebeting cariyos.
   - pradondi, kahanan ing nalika gesehing panemu (konflik) kalawau sansaya nemen raosipun. Sedaya prastawa ing cariyos ngalami pamuncakipun.
               - panutup, nalika pengarang akhiripun mungkasi cariyos lan nutup sedaya prastawa ingkang wonten.
                   Alur utawi plot punika wonten ingkang ngginakaken alur maju, alur mundur, alur rapet, alur renggang, alur maju-mundur, lsp.
              c. Wewatakan (penokohan) inggih punika wewatakanipun para paraga ingkang wonten ing cariyos. Wewatakaning para paraga punika saged dipun tingali saking :
                   - gambaran wujud lairipun; wonten ingkang ayu, bagus, enom, tuwa, uwanen, cacad, lsp.
                   - pikiranipun paraga, badhe tumindak sae, mikir awon, lsp.
                   - gambaran langsung, pengarang nyariyosaken watakipun paraga.
                   - basanipun lan wicantenipun
                   - saged ugi saking kahanan kamaripun, pakulinanipun, caranipun ageman. Lsp.
              d. Latar, Setting
                   Latar utawi setting punika saged arupi papan panggenan lan wekdal kedadosan ingkang wonten ing salebeting karya sastra. Saking papan panggenan lan wekdal punika pengarang nggambaraken swasananing kedadosan, ngantos-ngantos penikmat – pamaos kados tumut ing salebeting cariyos kalawau.
              e. Amanat inggih punika piweling ingkang kinandhut wonten ing karangan. Amanat saged arupi pitutur, pamrayoga, pangajak ngantos dumugi kritik/panyaruwe.
              f. Kaendahaning Basa, inggih punika basa ingkang dipun ginakaken ing cariyos. Taksih netepi unggah-ungguh basa, nggunakaken basa lokal (dialek), utawi ugi rerenggan basa sanesipun.
              g.  Point of view/sudut pandang inggih punika kalenggahan pengarang wonten ing salebeting cariyos. Wonten sudut pandang wong kapisan (utama purusa), lan sudut pandang wong ka-telu/pratama purusa. Ing sudut pandang wong kapisan, pengarang wonten ing salebeting crita kanthi langsung. Saged dados paraga utama, saged ugi namung dados paraga tambahan.

              3. Kawruh Basa
                   - Dasanama; dasa = sepuluh, nama = aran
                   Tembung dasanama yaiku tembung kang duweni teges pirang-pirang utawa padha tegese = sinonim.
                   Tuladha dasanama ing ngisor iki pahamana kanthi tliti!
                   1. Anak    : atmaja, suta, siwi, sunu, yoga, putra
                   2. Angin   : bajra, bayu, maruta, samirana, sindung, riwut, pawana
                   3. Ati        : driya, galih, manah, kalbu, nala, prana, tyas, wardaya.
                   4. Awak   : angga, badan, sarira, salira, raga.
                   5. Banyu   : toya, her, warih, ranu, tirta, we, sindu.
                   6. Lsp

              4. Ukara Langsung lan Ukara Ora Langsung
                        Ing sajrone crita kudu dimanfaatake anane ukara langsung lan ukara ora langsung. Ukara langsung iku panulise nggunakake tandha petik loro. Ditulis mlebu kaya dene pada/paragraf anyar.
                   Tuladha :
                   1. “Aku ora nate melu!” kandhaku banter.
                   2. “Taun iki kowe kudu munggah kelas, aja nganti kaya taun wingi!”  ngendikane Pak Guru.
                   3. “Wetengku luwih tenan. Tulung aku golekna apa-apa kanggo ngganjel wetengku,” muni ngono karo nyekeli wetenge. Aku dadi mesakake banget.

                   Ukara Ora Langsung iku mung dicritakake bae apa sing diucapake. Panulise ora perlu tandha kutip. Ditulis padha kaya basa gancaran ing pada/paragraf.
                   Tuladha :
                   1. Aku mbengok banter lan ngandhani wong-wong mau yen aku ora melu.
                   2. Aku dadi kelingan ngendikane Pak Guru, yen taun iki aku kudu munggah kelas, ora kena kaya taun wingi.
                   3. Wong tuwa iku nyedhak karo nyekeli wetenge. Sabanjure dheweke ngomong yen wetenge lara sebab luwe. Dheweke pengin digolekake panganan apa-apa kanggo ngiseni wetenge sing keluwen iku.

II. LAMPIRAN EVALUASI
A.    Lembar Pengamatan Diri
1.    Wenehana tanda centang (√) ing andharan(pernyataan) sing kokanggep paling pas karo kanyatan sing koklakoni.     
2.    Katrangan kanggo mbiji pakulinan (kebiasaan):
5   =   ajeg
4   =   kerep
3   =   arang-arang
2   =   tau
1   =   blas

3.    Lembar pengamatan
No.
Aspek penilaian
Skala Penilaian
5
4
3
2
1
1
a.     Kulina ndonga sadurunge miwiti lan mungkasipasinaon Basa Jawa.





b.     Kulina migunakake Basa Jawa kanggo ngomong karo sapa bae (guru, kanca) nalika jam pelajaran.





c.     Kulina ngetrapake tatakrama nalika ing pasrawungan.





2
Jujur nalika mangsuli pitakon-pitakon ngenani  wacan crita cekak manut panemune dhewe





3
a.          Tanggungjawab marang tugas pribadi





b.         Tanggungjawab marang tugas kelompok.





4
a.          Ngurmati panemune wong liya nalika diskusi.





b.         Migunakake tembung kang pas (ora kasar lan kemproh) nalika ngomong lan takon ing diskusi.






                                                                  .............., ................2014

                                                                  .......................................
                                                                                      Nama  :  .............................
                                                                                     Kelas/No absen : ................
          B. Pengetahuan
          1. Sapa paraga utama ing cerkak iku, lan kepriye watake?
          2. Kepriye urutan prastawa ing cerkak “Topeng” iku?
          3. Apa temane cerkak “Topeng” iku?
          4. Apa piwulang budi pekerti sing bisa kapethik saka crita cekak “Topeng”?
          5. Critakna kanthi ringkes, kepriye isine cerkak “Topeng” gegayutan karo kahanan ing jaman saiki.

          Kunci Jawaban
          1. Paraga utama : Syahri, watake : tuwa, kisut, simbah saka putu lanang siji thil, sregep, tansah syukur marang Allah.
          2. Urutane prastawa kawiwitan nalika Syahri budhal ngamen menyang pasar Pamenang Pare, sadawane dalan ngeling-eling prastawa kang wis disumurupi wiwit Kasun Parno sing selingkuh, pemudha ngamen sing nyambi nyopet, nganti sawijining dina pegaweyane dikonangi dening mantune dhewe lan putune ana ing pasar Pamenang.
          3. Tema cerkak : Pak Syahri tukang mbarang topeng.
          4. Piwulang ing cerkak : - urip iku kudu ati-ati, ora kena njaluk menange dhewe.
          5. Isine cerkak “Topeng” gegayutan karo kahanan ing jaman saiki, isih ana wong wis tuwa sing ngrekadaya dhewe kanggo nyukupi butuhe senajan duweni anak cukup, ora gumantung marang pawewehe anak, tanpa maelu panemune wong-wong sakupenge, sing penting pegaweyan mau bener lan khalal.

            Rubrik Pambiji Wangsulan
Aspek
Deskriptor
Ya
Ora
Pas, orane wangsulan
- Wangsulan arupa penjelasan
- Wangsulan pas, mathuk ana ing jroning crita cerkak.


Kebahasaan
- Wangsulan migunakake basa Jawa kang komunikatif
-  Tata tulis ejaan jroning wangsulan ora akeh sing kleru, (pas, mathuk karo kaidah )
-  Struktur tembung, ukara wangsulan pas, mathuk karo tatanan struktur tembung, ukara basa Jawa



Kriteria pambiji : 5 ya = 100, 4 ya = 85, 3 ya = 75, kurang saka 3 = mbaleni

c. Keterampilan
a.   Teknik Penilaian          : P1= Evaluasi Produk Dan P2= Evaluasi Unjuk Kerja/ Tes Praktik
b. Bentuk Instrumen           : Lembar Penilaian
c. Kisi-kisi                           :
 LEMBAR PENILAIAN  KETRAMPILAN

No.
Indikator
Rubrik Penilaian
Butir Instrumen
1.


2.

3.
Ø  Peserta didik membaca teks cerita pendek dengan lafal dan intonasi yang tepat

Ø  Peserta didik  merangkum isi cerita pendek

Ø  Peserta didik menceritakan kembali isi cerita cekak,




1. Rubrik Pambiji unjuk kerja
No.
Aspek penilaian
Skala Penilaian
4
3
2
1
1
2
3
4
Kuwanenan nalika maju




Banter/lirihne swara




Lafal/intonasi




Sikap/perilaku sopan lan tenanan





2. Rubrik pambiji portofolio hasil tulisan (Lembar Pengamatan)
Wenehana tandha centhang (√) ing andharan (pernyataan) sing kokanggep paling pas karo kanyatan sing kokamati, tulisane kancamu.      
Katrangan kanggo mbiji:
5   =   pas banget
4   =   pas
3   =   cukup pas
2   =   kurang pas
1   =   ora pas

No.
Aspek penilaian
Skala Penilaian
5
4
3
2
1
1.
Tulisan (hasil tulisan/karya tulis sederhana) sing pas karo kaidah ejaan lan penulisan ing tata tulis basa Jawa.





2.
Migunakake basa jawa kang komunikatif





3.
Rangkuman urut, runtut pas karo critane





4.
Kohesi lan koherensi paragraf






3. Rubrik Pambiji unjuk kerja
No
Aspek Penilaian
Skor  penilaian
4
3
2
1
1
Lafal, vokal lan wirama




2
Banter/lirihne swara




3
Critane urut, runtut cocok karo isine cerkak




4
Basa sing digunakake komunikatif




5
Sikap/perilaku sopan lan tenanan





Keterangan Skor 1 : kurang, 2 : cukup, 3 : baik, 4 : amat baik

              Penilaian :